Kamis, 26 Juni 2014

Benteng zaman Majapahit ditemukan di Lumajang

Benteng zaman Majapahit ditemukan di Lumajang - Pemkab Lumajang diimbau lindungi aset sejarah - Arkeolog Balai Arkeologi Yogyakarta menunjukkan penemuan benteng kerajaan di Dusun Biting, Kutorenon, Sukodono, Lumajang
Arkeolog Balai Arkeologi Yogyakarta menunjukkan penemuan benteng kerajaan di Dusun Biting, Kutorenon, Sukodono, Lumajang

LENSAINDONESIA.COM: Peradaban zaman Kerajaan Majapahit di tanah Jawa ternyata benar adanya. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya sisa-sisa bangunan peninggalan masa Kerajaan Majapahit, tepatnya Kerajaan Lamajang sebagai cikal bakal dari Kabupaten Lumajang.
Badan Arkeologi Yogyakarta melakukan penggalian dan menemukan bangunan yang diduga berbentuk benteng (tempat perlindungan perang) di Dusun Biting Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Gunadi menjelaskan pihaknya berinisiatif untuk kembali menggali tanah yang ada di sekitar Dusun Biting untuk menjelaskan kepada masyarakat dan Pemkab Lumajang bahwa ada benteng peninggalan zaman klasik yang baru pertama kali ditemukan di Indonesia.
“Kami sengaja melakukan penggalian agar penemuan ini diketahui oleh semua masyarakat sehingga tidak lagi ditutup galian ini. Ini perlu dilakukan agar bisa direkonstruksi dan bisa dengan jelas mengetahui bentuk asli dari bangunan masa kerajaan atau zaman klasik. Kami menduga ini dinding benteng yang dicurigai sebagai pintu gerbang dari suatu kerajaan. Dari ukuran batanya hampir sama dengan yang di Trowulan (Mojokerto). Jadi ini ada kaitannya dengan zaman Kerajaan Majapahit,” jelasnya saat ditemui LICOM di Lumajang beberapa hari lalu.
Dalam penggalian itu tim arkeolog menemukan beberapa bangunan yang ada di beberapa titik di Dusun Biting. Selain penemuan bentuk benteng yang diduga sebagai pintu gerbang, berjarak sekitar 30 meter dari tempat itu juga ditemukan bangunan untuk mengintai musuh (pungaan).
“Penemuan benteng pada zaman Majapahit ini jadi yang pertama di Indonesia. Di beberapa daerah sudah banyak ditemukan benteng tapi itu peninggalan Belanda dan Jepang yang berdiri kokoh. Tapi kalau ini jelas bukan peninggalan penjajah karena dari bentuknya saja sangat berbeda. Kalau benteng ini bangunannya terbuat dari batu bata yang hanya ditumpuk saja dan terdapat sandi di setiap batu-batanya,” ujarnya.
Selain itu, di tempat yang berbeda dengan jarak sekitar 200 kilometer terdapat bangunan yang serupa berbentuk dinding benteng dan anak tangga. Para arkeolog memperkirakan bangunan itu milik dari suatu kerajaan yang berjaya di daerah Lumajang pada zaman Majapahit, yakni Kerajaan Lamajang.
Pihaknya minta obyek-obyek berharga itu diselamatkan dan galian tidak ditutup lagi. Sehingga bisa dijadikan cagar budaya oleh Pemkab Lumajang. Tapi sayangnya di sekitar tempat penemuan bekas bangunan kerajaan itu saat ini dijadikan sebagai bangunan perumahan.
“Kami sarankan pemerintah bisa menyetop pembangunan Perumnas jika memang Pemkab akan menetapkan kawasan ini sebagai cagar budaya Kabupaten Lumajang,” pungkasnya.
Dari pengamatan LICOM, saat penggalian para arkeolog juga menemukan pecahan keramik cina dan tembikar yang diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad 13 hingga 17 Masehi. Sementara untuk luas kerajaan diperkirakan mencapai sekitar 135 hektar dengan panjang benteng 10 km.
Sekedar diketahui, penggalian yang dilakukan oleh Badan Arkeologi Yogyakarta ini sudah yang ke 12 kalinya. Penggalian awal sudah dilakukan sejak tahun 1982 hingga 1991 dan terakhir pada 2013 ini.

Pemkab Lumajang sendiri sudah menetapkan kawasan ini sebagai cagar budaya yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan diberi nama sebagai Situs Biting. @sarifa

http://www.lensaindonesia.com/2013/09/23/benteng-zaman-majapahit-ditemukan-di-lumajang.html

SEJARAH SINGKAT KOTA LUMAJANG

Bumi LUMAJANG sejak jaman Nirleka dikenal sebagai daerah yang "PANJANG-PUNJUNG PASIR WUKIR GEMAH RIPAH LOH JINAWI TATA TENTREM KERTA RAHARJA".
          PANJANG-PUNJUNG berarti memiliki sejarah yang lama. Dari peninggalan-peninggalan Nirleka maupun prasasti yang banyak ditemukan di daerah Lumajang cukup membuktikan hal itu.
          Beberapa prasasti yang pernah ditemukan, antara lain Prasasti Ranu Gumbolo. Dalam prasasti tersebut terbaca "LING DEVA MPU KAMESWARA TIRTAYATRA". Pokok-pokok isinya adalah bahwa Raja Kameswara dari Kediri pernah melakukan TIRTAYATRA ke dusun Tesirejo kecamatan Pasrujambe, juga pernah ditemukan prasasti yang merujuk pada masa pemerintahan Raja Kediri KERTAJAYA.
Beberapa bukti peninggalan yang ada antara lain :
  1. Prasasti Mula Malurung
  2. Naskah Negara Kertagama
  3. Kitab Pararaton
  4. Kidung Harsa Wijaya
  5. Kitab Pujangga Manik
  6. Serat Babat Tanah Jawi
  7. Serat Kanda
          Dari Prasasti Mula Manurung yang ditemukan di Kediri pada tahun 1975 dan ber-angka tahun 1177 Saka (1255 Masehi) diperoleh informasi bahwa NARARYYA KIRANA, salah satu dari anak Raja Sminingrat (Wisnu Wardhana) dari Kerajaan Singosari, dikukuhkan sebagai Adipati (raja kecil) di LAMAJANG(Lumajang). Pada tahun 1255 Masehi, tahun yang merujuk pada pengangkatan NARARYYA KIRANA sebagai Adipati di Lumajang inilah yang kemudian dijadikan sebagai sebagai dasar penetapan Hari Jadi Lumajang (HARJALU).
          Dalam Buku Pararaton dan KIDUNG HARSYA WIJAYA disebutkan bahwa para pengikut Raden Wijaya atau Kertarajasa dalam mendirikan Majapahit, semuanya diangkat sebagai Pejabat Tinggi Kerajaan. Di antaranya Arya Wiraraja diangkat Maha Wiradikara dan ditempatkan di Lumajang, dan putranya yaitu Pu Tambi atau Nambi diangkat sebagai Rakyan Mapatih.
          Pengangkatan Nambi sebagai Mapatih inilah yang kemudian memicu terjadinya pemberontakan di Majapahit. Apalagi dengan munculnya Mahapati(Ramapati) seorang yang cerdas, ambisius dan amat licik. Dengan kepandaiannya berbicara, Mahapati berhasil mempengaruhi Raja. Setelah berhasil menyingkirkan Ranggalawe, Kebo Anabrang, Lembu Suro, dan Gajah Biru, target berikutnya adalah Nambi.
          Nambi yang mengetahui akan maksud jahat itu merasa lebih baik menyingkir dari Majapahit. Kebetulan memang ada alasan, yaitu ayahnya(Arya Wiraraja) sedang sakit, maka Nambi minta izin kepada Raja untuk pulang ke Lumajang. Setelah Wiraraja meninggal pada tahun 1317 Masehi, Nambi tidak mau kembali ke Majapahit, bahkan membangun Beteng di Pajarakan. Pada 1316, Pajarakan diserbu pasukan Majapahit. Lumajang diduduki dan Nambi serta keluarganya dibunuh.
          Pupuh 22 lontar NAGARA KERTAGAMA yang ditulis oleh Prapanca menguraikan tentang perjalanan Raja Hayam Wuruk ke Lumajang. Selain NAGARA KERTAGAMA, informasi tentang Lumajang diperoleh dari Buku Babad. Dalam beberapa buku babad terdapat nama-nama penguasa Lumajang, yaitu WANGSENGRANA, PUTUT LAWA, MENAK KUNCARA(MENAK KONCAR) dan TUMENGGUNG KERTANEGARA. Oleh karena kemunculan tokoh-tokoh itu tidak disukung adanya bukti-bukti yang berupa bangunan kuno, keramik kuno, ataupun prasasti, maka nama-nama seperti MENAK KONCAR hanyalah tokoh dongeng belaka.
          Di tepi Alun-alun Lumajang sebelah utara terdapat bangunan mirip candi, berlubang tembus, terdapat CANDRA SENGKALA yang berbunyi "TRUSING NGASTA MUKA PRAJA" (TRUS=9, NGASTA=2, MUKA=9, PRAJA=1). Bangunan ini merupakan tetenger atau penanda, ditujukan untuk mengenang peristiwa bersejarah, yaitu pada tahun 1929. Lumajang dinaikkan statusnya menjadi REGENTSCAH otonom per 1 Januari 1929 sesuai Statblat Nomor 319, 9 Agustus 1928. Regentnya RT KERTO ADIREJO, eks Patih Afdelling Lumajang (sebelumnya Lumajang masuk wilayah administratif Kepatihan dari Afdelling Regentstaschap atau Pemerintah Kabupaten Probolinggo).
          Pada masa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan tahun 1942-1949, Lumajang dijadikan sebagai basis perjuangan TNI dengan dukungan rakyat.
          Nama-nama seperti KAPTEN KYAI ILYAS, SUWANDAK, SUKERTIYO, dan lain-lainnya, baik yang gugur maupun tidak, yang dikenal atau tak dikenal, adalah para kusuma bangsa yang dengan meneruskan perjuangan para pahlawan kusuma bangsa itu dengan bekerja secara tulus, menjauhkan kepentingan pribadi, jujur, amanah, dan bersedia berkorban demi kemajuan Lumajang Tercinta.
          Mengingat keberadaan Negara Lamajang sudah cukup meyakinkan bahwa 1255M itu Lamajang sudah merupakan sebuah negara berpenduduk, mempunyai wilayah, mempunyai raja (pemimpin) dan pemerintahan yang teratur, maka ditetapkanlah tanggal 15 Desember 1255 M sebagai hari jadi Lumajang yang dituangkan dalam Keputusan Bupati Kepala Derah Tingkat II Lumajang Nomor 414 Tahun 1990 tanggal 20 Oktober 1990
          Sejak tahun 1928 Pemerintahan Belanda menyerahkan segala urusan segala pemerintahan kepada Bupati Lumajang pertama KRT Kertodirejo. Yang ditandai dengan monumen / tugu yang terletak di depan pintu gerbang Alun-alun sebelah utara.
1.KRT KERTODIREJO( 1928 - 1941 )
2.R. ABU BAKAR ( 1941 - 1948 )
3.R. SASTRODIKORO ( 1948 - 1959 )
4.R. SUKARDJONO( 1959 - 1966 )
5.N.G. SUBOWO( 1966 - 1973 )
6.SUWANDI( 1973 - 1983 )
7.KARSID( 1983 - 1988 )
8.H.M. SAMSI RIDWAN( 1988 - 1993 )
9.TARMIN HARIYADI( 1993 - 1998 )
10.Drs.H. ACHMAD FAUZI( 1998 - 2003 )
11.Drs.H. ACHMAD FAUZI - H. HARTONO, SH, S.Sos( 2003 - 2008 )
12.DR.H. SJAHRAZAD MASDAR,MA - Drs. AS'AT( 2008 - 2013 )



PUISI PENDIDIKAN


Pahlawan Pendidikan 
Jika dunia kami yang dulu kosong
tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada warna hampa, gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana 
Tapi kini dunia kami penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga kata
Yang dulu hanya jadi mimpi
Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
Itu karena kau yang mengajarkan
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Terimakasih guruku dari hatiku
Untuk semua pejuang pendidikan
Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah
Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin
Hanya ucapan terakhir dari mulutku
Di hari pendidikan nasional ini
Gempitakanlah selalu jiwamu
wahai pejuang pendidikan Indonesia

Terimah kasih guru 
Kaulah pembimbingku……
Kaulah pengajarku……
Kaulah pendidikku…… 
Guru……
Itulah julukanmu……
Yang tak pernah bosan dalam……
Mengajar dan membimbingku
Guru……
Tanpa dirimu aku akan hancur……
Tanpa dirimu aku akan sengsara……
Tanpa dirimu aku akan sesat……
Guru……
Terima kasih……
Atas segala jasa-jasamu……

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa  
Pahlawan tanpa tanda jasa
Ialah Guru
Yang mendidik ku
Yang membekali ku ilmu
Dengan tulus dan sabar 
Senyummu memberikan semangat untuk kami
Menyongsong masa depan yang lebih baik
Setitik peluhmu
Menandakan sebuah perjuangan yang sangat besar
Untuk murid-muridnya
Terima kasih Guru
Perjuanganmu sangat berarti bagiku
Tanpamu ku tak akan tahu tentang dunia ini
Akan selalu ku panjatkan doa untukmu
Terimakasih Guruku


Majulah Terus Siswa Indonesia
Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini
Hanya kepadamu harapan ku sandangkan
Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu 
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan

Di Antara Dua 
Di antara dua, aku harus memilih
Entah satu baik atau buruk
Aku tak bisa berdiri di antara keduanya
Dan aku menentukannya

Di antara dua, aku harus masuk
Entah satu mudah atau sulit
Aku tak bisa bergelut di antara keduanya
Dan aku meratapinya

Di antara dua,aku harus berjuang
Entah satu manis atau pahit
Aku tak berhenti meraih satunya
Dan aku tak ingin kalah

GURU
Oleh Zaneta.N.A.J

Guru...
enkau membimbing ku setiap hari
setiap waktu dan setiap saat
hatimu sunguh mulia 
enkau adalah orang tua ku yang ke2 dalam hidup ku

Setiap hari 
kau curahkan ilmu 
untuk bekalku nanti
enkau adalah patriot pahlawan bangsa

Terima kasih guruku
karna enkau lah aku menjadi pintar
enkau ku sebut
pahlawan tanpa tanda jasa


Untuk Guru Cerme1 dan Cerme2 Kediri


GURUKU PAHLAWANKU
Oleh Upee

Andai kata matahari tiada
Dunia akan beku dan bisu
pelangi tiada akan pernah terpancar
kehidupan tiada akan pernah terlaksana
Disaat titik kegalauan menghampiri
Terlihat setitik cahaya yang kami cari
Yang nampak dari sudut-sudut bibirmu
Dan gerak-gerik tubuhmu
Engkau sinari jalan-jalan kami yang buntu
Yang hampir menjerumuskan masa sepan kami
Engkau terangi kami dengan lentera ilmu mu
Yang tiada akan pernah sirna di terpa angin usia

Guru........
Engkau pahlawan yang tak pernah mengharapkan balasan
Disaat kami tak mendengarkan mu
Engkau tak pernah mengeluh dan menyerah
Untuk mendidik kami
Darimu kami mengenal banyak hal
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus di lukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Engkau membuat hidup kami berarti

Guru......
Tiada kata yang pantas kami ucapkan
Selain terimakasih atas semua jasa-jasa mu
Maafkan kami bila telah membuatmu kecewa
Jasa-jasa mu akan kami semat abadi sepanjang hidup kami
Terimakasih guruku, engkau pahlawan ku

TERIMAKASIH GURUKU
Oleh Anggita Nurul Taeyeon

Guru… …
Kaulah pembimbingku……
Kaulah pengajarku……
Kaulah pendidikku……

Guru……
Itulah julukanmu……
Yang tak pernah bosan dalam……
Mengajar dan membimbingku……

Guru......
Kau bagaikan cahaya……
Yg menerangi jiwa dari segala gelap dunia……
Kau adalah setetes embun yg mnyejukan hati……

Guru.....
Kau adalah pahlawan yg tidak mengharapkan balasan……
Dari segala yg kau lakukan……
Kau lakukan dengan rasa ikhlas ……

Guru……
Tanpamu aku akan hancur……
Tanpamu aku akan sengsara……
Tanpamu aku akan sesat……

Guru……
Tanpamu aku tidak bisa menulis……
Tampamu aku tidak bisa membaca……
Tampamu aku tidak bisa berhitung……

Guru……
Terima kasih ku ucapkan kepadamu……
Atas segala jasa-jasa yang kau berikan……
Selama aku belajar di sekolah ini……

Guru adalah orang tua kedua kita, dimana setengah dari pendidikan yang kita dapatkan berasal dari beliau. Untuk itu rasanya tidak terlalu berlebihan jika kita memberikan penghargaan yang sedalam-dalamnya untuk sosok pendidik. Semoga Puisi Guru dan Puisi Pendidikan diatas bisa membantu anda dalam mencari kata kata Mutiara dalam Puisi untuk mengungkapkan rasa terimakasih kepada pahlawan pendidikan Indonesia,SHARE atau LIKE jika suka Postingan diatas,kami ucapkan banyak terimakasih atas kunjungannya.
http://www.lokerseni.web.id/2014/01/puisi-pendidikan-guru.html

Jumat, 15 April 2011

Puisi Cinta Kahlil Gibran

"...pabila cinta memanggilmu... ikutilah dia walau jalannya berliku-liku... Dan, pabila sayapnya merangkummu... pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu..." (Kahlil Gibran)

"...kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang" (Kahlil Gibran)

"Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta... terus hidup... sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan..." (Kahlil Gibran)

"Jangan menangis, Kekasihku... Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah... kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan" (Kahlil Gibran)

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..." (Kahlil Gibran)

"Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini... pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang" (Kahlil Gibran)

"Apa yang telah kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya aku mencintai... Dan, apa yang kucintai kini... akan kucintai sampai akhir hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat kucapai... dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya" (Kahlil Gibran)

"Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku... sebengis kematian... Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara..., di dalam pikiran malam. Hari ini... aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan... sekecup ciuman" (Kahlil Gibran)

Sumber : http://rahmadku.tripod.com/puisi_cinta.html